Pesan Umar: Jangan Jadi Sahabat Syaitan


Menjadi satu pengajaran berharga, bagaimana surat Umar Al-Khattab pada sahabatnya mengajarkan kita agar bersemangat untuk berdakwah dan tidak jadi sahabat syaitan dalam membuat ahli maksiat bertambah sesat.

Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Hatim, diceritakan dari ayahku (Abu Hatim), diceritakan oleh Musa bin Marwan Ar-Riqqi, ‘Umar Ibnu Ayyub menceritakan kepada kami, diceritakan kepada kami dari Ja’far bin Barqan, dari Yazid bin Al-Asham, dia berkata:

“Dahulu ada seorang dari Syam yang kuat. Awalnya dia jadi utusan Umar bin Al-Khattab lalu dia menghilang dari Umar. Kemudian Umar bertanya: “Apa yang dilakukan Fulan bin Fulan?” Orang-orang mengatakan: “Dia sekarang jadi pecandu minuman keras.” Lantas Umar memanggil pembantunya, lalu memerintahkan: “Tulislah.” Umar mengucapkan:

مِنْ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ إِلَى فُلاَنٍ ابْنِ فُلاَنٍ، سَلاَمٌ عَلَيْكَ، [أَمَّا بَعْدُ] : فَإِنِّي أَحْمَدُ إِلَيْكَ اللهَ الَّذِي لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ، غَافِرِ الذَّنْبِ وَقَابِلِ التَّوْبِ، شَدِيْدِ العِقَابِ، ذِيْ الطَّوْلِ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ إِلَيْهِ المَصِيْرُ
“Dari Umar bin Al-Khattab kepada Fulan bin Fulan. Semoga keselamatan untukmu. Amma ba’du. Sungguh untukmu aku menyanjung Allah yang tidak ada sembahan yang berhak disembah selain Dia, Allah itu Maha Mengampuni dosa dan menerima taubat lagi keras hukuman-Nya, Allah yang mempunyai kunia, tiada sembahan (yang berhak disembah) selain Dia. Hanya kepada-Nyalah kembali (semua makhluk).”

Kemudian Umar berkata pada sahabatnya:

اُدْعُوْا اللهَ لِأَخِيْكُمْ أَنْ يُقْبِلَ بِقَلْبِهِ، وَأَنْ يَتُوْبَ اللهَ
“Berdoalah kepada Allah untuk saudara kalian agar dia menerima hidayah dengan hatinya, lalu semoga dia boleh bertaubat kepada Allah.”

Ketika surat Umar sampai di tangannya, dia membaca surat tersebut dan dia terus mengulanginya. Dia membaca:

غَافِرِ الذَّنْبِ وَقَابِلِ التَّوْبِ شَدِيدِ الْعِقَابِ
“Allah Yang Maha Mengampuni dosa dan menerima taubat lagi keras hukuman-Nya”, bererti Allah telah mengingatkanku akan hukuman-Nya dan telah memberikan janji padaku jika mahu memohon ampun kepada-Nya.”

Dikeluarkan pula oleh Al-Hafizh Abu Nu’aim dari hadits Ja’far bin Barqan, ada tambahan:

فَلَمْ يَزَلْ يُرَدِّدُهَا عَلَى نَفْسِهِ، ثُمَّ بَكَى ثُمَّ نَزَعَ فَأَحْسَنَ النَّزْعِ
“Dirinya terus mengulangi bacaan ayat tadi, kemudian dia menangis, kemudian dia sakarat (nazak) dengan pengakhiran yang baik.”

Lalu berita meninggalnya orang tersebut sampai kepada Umar radhiyallahu ‘anhu, dia pun berkata:

هَكَذَا فَاصْنَعُوْا، إِذَا رَأَيْتُمْ أَخَاكُمْ زَلَّ زَلَّةً فَسَدِّدُوْهُ وَوَفِّقُوْهُ، وَادْعُوا اللهَ لَهُ أَنْ يَتُوْبَ عَلَيْهِ، وَلاَ تَكُوْنُوْا أَعْوَانًا لِلشَّيْطَانِ عَلَيْهِ
“Demikianlah yang harus dilakukan. Jika kalian melihat saudara kalian tergelincir pada suatu kesalahan, maka tunjukkanlah dia ke jalan yang benar, dan ajak dia pada kebaikan, berdoalah kepada Allah untuknya agar dia bertaubat kepada-Nya. Dan janganlah jadi sahabat syaitan untuk menyesatkannya.”

(Dikeluarkan oleh Abu Nu’aim dalam tarjamah Yazid Al-Asham dengan sanad dan matannya, iaitu dalam Hilyah Al-Auliya’, 4:97-98. Ibnu Katsir menyebutkan pula dari jalur Abu Nu’aim dengannya kemudian menyatakan bahawa sanadnya jayyid, dan di dalamnya ada inqitha’ -terputus-, Musnad Al-Faruq, 2:517. Lihat catatan kaki Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azhim karya Ibnu Katsir, penerbit Ibnul Jauzi, tahqiq: Prof. Dr. Hikmat bin Baysir bin Yasin, 6:481)

Oleh: Muhammad Abduh Tuasikal | Rumaysho
+ Baca Respon Pembaca di Facebook Oh! Media

Oh! Makan


Sumber: Oh! Media